logo terbaru wajiofficial

Scabies (kudis) adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau parasit yang dikenal sebagai Sarcoptes scabiei. Meskipun jenis penyakit ini biasanya dapat diobati dengan cepat, tapi tidak jarang pula kondisinya tidak sembuh-sembuh seperti yang diharapkan.

Hal tersebut dapat menimbulkan pertanyaan apakah scabies bisa sembuh sendiri dan kenapa scabies tidak sembuh sembuh? Nah, artikel berikut akan membahas mengenai jawaban dari pertanyaan tersebut. 

Apakah Scabies Bisa Sembuh Sendiri? 

Menjawab pertanyaan tersebut, kamu perlu tahu bahwa meskipun pengobatan medis umumnya diperlukan untuk mengatasi scabies, terdapat beberapa kasus langka ketika scabies dapat sembuh sendiri tanpa intervensi pengobatan. 

Namun, frekuensi kasus sembuh sendiri ini sangat jarang terjadi. Penyebabnya, tungau scabies mampu bertahan hidup di kulit manusia selama beberapa minggu tanpa pengobatan. 

Akibatnya, memunculkan gejala yang terus-menerus seperti gatal-gatal yang intens, terutama pada malam hari ketika tungau aktif. 

Tapi, tidak jarang pula bahwa scabies yang tidak diobati akan cenderung bertahan dan menyebar ke individu lain melalui kontak langsung kulit dengan penderita. Selain itu, juga melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh tungau.

Seperti dilansir dari penelitian The Lancet, meskipun ada kemungkinan bahwa scabies dapat sembuh tanpa pengobatan, penting untuk diingat bahwa kasus sembuh sendiri ini sangat jarang terjadi. 

Oleh karenanya, sangat disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat untuk scabies guna mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Sebab sangat sedikit kemungkinannya penyakit ini bisa sembuh sendiri. 

Kenapa Scabies Tidak Sembuh Sembuh 

Ada beberapa alasan atau faktor yang menjadi penyebab scabies yang kamu miliki tidak sembuh-sembuh. Dilansir dari beberapa sumber kesehatan, beberapa faktor yang dimaksud seperti berikut. 

1. Resistensi Obat 

Beberapa strain tungau scabies telah menjadi resisten terhadap pengobatan yang umum digunakan, seperti permetrin atau ivermectin. Resistensi obat ini menjadi tantangan serius dalam penanganan scabies. 

Kondisi tersebut dikarenakan dapat menyebabkan pengobatan yang dilakukan menjadi kurang efektif dan memperpanjang proses penyembuhan. Akibatnya, kondisi scabies sulit untuk sembuh sepenuhnya.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The New England Journal of Medicine, kasus resistensi obat pada tungau scabies semakin meluas. Studi ini menyoroti pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap efektivitas pengobatan dan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif.

Selain itu, dalam menghadapi resistensi obat juga sangat penting bagi para profesional kesehatan untuk memperhatikan perkembangan terbaru dalam pengobatan scabies dan mempertimbangkan pilihan pengobatan alternatif. 

Bahkan, edukasi yang tepat kepada masyarakat tentang pencegahan penyebaran scabies bisa menjadi kunci untuk mengendalikan resistensi obat dan mengurangi beban penyakit ini secara global.

2. Infeksi Tungau yang Persisten 

Pada beberapa kasus, tungau scabies dapat bertahan di kulit bahkan setelah pengobatan yang tepat. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya kepatuhan terhadap rencana pengobatan atau kurangnya perawatan lingkungan yang efektif untuk menghilangkan tungau dari pakaian dan lingkungan sekitarnya.

Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Dermatology, scabies yang tidak diobati atau diobati tidak efektif dapat menyebabkan infestasi tungau yang persisten. Investasi yang persisten ini sulit untuk diatasi dan dapat menyebabkan gejala yang terus menerus. 

Oleh karena itu, penting bagi individu yang mengalami scabies untuk mematuhi rencana pengobatan yang ditetapkan oleh dokter dan menjaga kebersihan lingkungan secara rutin.

Selanjutnya, penting juga untuk diingat bahwa scabies adalah kondisi yang memerlukan perawatan yang tepat dan komprehensif. Jika gejala scabies tidak membaik setelah pengobatan yang tepat, penting untuk kembali berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan penyesuaian rencana pengobatan yang sesuai.

3. Infeksi Bersamaan 

Scabies tidak jarang bisa terjadi bersamaan dengan infeksi lain atau kondisi kulit yang memperburuk gejalanya. Infeksi sekunder oleh bakteri seperti Staphylococcus aureus merupakan contoh umum dari komplikasi yang dapat terjadi pada scabies. Ketika infeksi bakteri ini terjadi, gejala scabies dapat menjadi lebih parah dan sulit untuk diobati. 

Misalnya, infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan munculnya abses atau bisul di kulit yang terinfeksi, yang dapat meningkatkan rasa sakit, peradangan, dan gatal-gatal yang terkait dengan scabies. 

Selain itu, reaksi alergi terhadap tungau scabies juga dapat memperparah gejala dan menyebabkan kemerahan, pembengkakan, dan ruam yang lebih luas.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews, infeksi sekunder oleh bakteri seperti Staphylococcus aureus dapat memperburuk gejala scabies dan mempengaruhi proses penyembuhan. 

Infeksi bakteri ini juga dapat membuat pengobatan menjadi lebih sulit, karena memerlukan penanganan tambahan dengan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi bersamaan dengan scabies.

Dalam menghadapi scabies yang komplikatif, peran dokter menjadi sangat penting. Dokter dapat melakukan diagnosis yang tepat dan memberikan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi infeksi sekunder dan gejala scabies yang memburuk.

 Selain itu, menjaga kebersihan kulit dan lingkungan serta menerapkan tindakan pencegahan infeksi sekunder juga merupakan langkah penting dalam mengelola scabies secara efektif.

4. Keterlambatan Diagnosis 

Diagnosis yang terlambat atau pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan scabies sulit untuk sembuh dan bahkan memperparah kondisinya. Semakin lama infeksi dibiarkan tanpa pengobatan, semakin sulit untuk menghilangkan tungau dan gejala yang terkait. 

Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan scabies juga dapat mengakibatkan penyebaran infeksi dan memperburuk gejala yang diderita oleh pasien. 

Scabies adalah kondisi yang dapat menyebar dengan cepat melalui kontak kulit dengan kulit, antara individu dengan individu yang terinfeksi. Oleh karena itu, diagnosis yang terlambat dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke orang lain semakin cepat. 

Selain itu, ketika scabies tidak diobati atau diobati tidak tepat, tungau scabies terus berkembang biak dan menyebar ke area kulit yang lebih luas. Kondisi ini menyebabkan gejala yang semakin parah.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan scabies dapat mengakibatkan penyebaran infeksi dan memperburuk gejalanya. 

Studi ini menyoroti pentingnya pendidikan masyarakat tentang pengenalan gejala scabies dan pentingnya konsultasi medis yang tepat waktu untuk diagnosis dan pengobatan yang efektif.

Penting untuk diingat bahwa diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sangat penting dalam mengelola scabies dengan efektif. 

Itulah beberapa alasan yang mendasari kenapa scabies tidak sembuh sembuh. 

Percepat Penyembuhan Scabies dengan Minyak Waji 

Mengalami scabies adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, terutama ketika gejalanya sulit diatasi dan penyembuhannya terasa lambat.

Kamu bisa merasakan betapa frustrasi ketika scabies sulit sembuh, sehingga membuat kamu tidak nyaman dan merasa tidak percaya diri. Gatal-gatal yang terus-menerus dan risiko penyebaran infeksi menjadi momok yang mengganggu keseharian kamu.

Percepat penyembuhan scabies dengan Minyak Waji Multifungsi. Formula 10+ Botanical Essences yang lembut namun efektif menjadikannya bisa membantu mengatasi gejala scabies dan mempercepat proses penyembuhan kulit kamu. 

Kandungan bahan alami yang dipilih dengan cermat dalam Minyak Waji Obat Gatal memberikan perlindungan dan kelembapan pada kulit sembari membantu mengurangi gatal-gatal yang tidak diinginkan.

Jangan biarkan scabies mengganggu kenyamanan hidup kamu lebih lama. Percayakan Minyak Waji untuk membantu kamu meraih kulit yang sehat dan nyaman kembali! 


Umi Amanah

Research Assistant, Content and Script Writer di Erdigma Indonesia. Specialist in Health, Lifestyle, and Parenting Knowledge Based On Journal From Health Expert

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *